Chinyo
just a little story about chinyo, the little-- i mean the tall girl who really loves her friends and trying to laugh and be happy with anything.
here we go.
***
uhm. btw cerita ini pake b indo aja ya :v
ceritanya ini diary seseorang bernama chinyo
oke lanjut
***
'CHINYO'
'Ah, monday. I hate school. Huh,' Chinyo terbangun dari tidurnya. Hari Senin, hari pertama sekolah dalam seminggu. Selalu berlalu begitu cepat. Hanya dalam beberapa hari, sudah kembali lagi ke hari Senin. Dan itu memang faktanya.
Kalian tahu? Apa yang ada di benak Chinyo ketika mendengar kata 'sekolah'?
Yang berada di benak Chinyo ketika mendengar kata 'sekolah' adalah tidak lain dari datang dengan riang, berjalan ke koridor kelas, di depan pintu beberapa temannya langsung menghampiri dan menyapanya, masuk ke kelas, melihat pemandangan seisi kelas sedang bermain, lalu ikut bermain bersama mereka sebelum pelajaran dimulai. Atau 'mengerjakan' pr 'bersama', bermain bersama seisi kelas setiap hari, tak peduli kelas yang ber-ac atau tidak, unggulan atau tidak, teman-teman yang mempunyai squad sendiri atau tidak.. tetap saja bermain bersama, belajar bersama, setiap belajar diselingi canda dan tawaan.
Tak luput dengan bermain 'si buta' (menutup mata pemain dengan kain lalu yang lain bersembunyi), bermain Truth or Dare dengan seisi kelas tanpa pengecualian, bercanda lewat jendela, membullly satu sama lain lalu berbaikan lagi, bernyanyi lagu Dessert (terdengar familiar bukan?), membela teman ketika sedang dalam masalah, menyelesaikan masalah bersama, satu orang salah, yang lain juga salah. Itulah cara bermainnya.
'Inilah tempatku. Habitatku. Aku sedih, semua menghibur. Yang lain sedih, aku juga menghibur.' itulah menurutnya.
Saling mengatai satu sama lain, namun jika ada yang terluka, tidak akan segan-segan meminta maaf.
Setiap Chinyo ke kantin, ia tidak akan ke kantin sendirian. Selalu ada teman. Tidak hanya satu, dua, tiga.. namun lebih dari itu.
Setiap Chinyo melihat ke seluruh kelasnya, Chinyo melihat teman-teman yang bermain dengan rukun. Ya, mungkin hanya akan ada sedikit yang bermain sendirian, tidak bersama yang lain. Tapi Chinyo berusaha menyatukan semuanya, meski terkadang tidak bisa. Namun baginya, semua teman yang ada di situ sangatlah berharga. Mengisi warna hari-harinya.
Setiap lembar berbeda warna.
Setiap hari berbeda cerita.
Dan warna-warna itu akan menyatu di masa-masa tersebut.
Setiap ia ada masalah, ia dapat bercerita ke sekian orang disitu. Semua akan mengerti. Semuanya baik, pikirnya.
Dan di kelas itu, Chinyo tidak perlu jaim. Chinyo terkenal dengan sifat tidak bisa diamnya. Gerak sana gerak sini, semua orang tahu itu. Ketika Chinyo menari, beberapa temannya ikutan. Dia tidak akan menari sendirian.
Chinyo sangat sayang dan cinta dengan kelas tersebut, karena ketika ia berada di kelas itu.. dia tidak akan sendirian.
Dia tidak akan sendirian.
Dia.
Tidak.
Akan.
Sendirian.
Sekali lagi, dia tidak akan sendirian.
'Gue gamau pisah ama kelas kita,'
'Sama gue juga!'
'Eh main yuk!'
'Bikin project yuk!'
'Ayo rekam, rekam,'
'Dulu waktu awal gue di kelas ini, gue berasa..'
'Hahahaha, gue juga berasa gitu!'
'Hei, liat pr dong.'
'Kapan-kapan ketemuan yuk!'
'Hei, menurut kalian kita bakal pisah gak nanti?'
'Menurut gue nggak!'
'Ntahlah, menurut gue diacak lagi.'
'Semoga kita semua sekelas lagi ya?'
'Iya!'
Namun, beberapa kenyataan telah berubah.
Kini, Chinyo berada di lingkungan yang sangat berbeda. Orang-orangnya pun berbeda-beda. Namun, 'berbeda' yang ini, sangatlah berbeda dengan definisi 'berbeda' yang dulu.
Semua anak di kelas Chinyo yang sekarang, sangat berbeda-beda. Ada yang tidak mau berada di kelas itu, ada yang mau berada di kelas itu karena terpaksa, ada yang mau berada di kelas itu namun hanya karena teman-teman dekatnya berada disitu, ada juga yang berada disitu hanya karena ingin melihat saingan-saingannya, ada juga yang hanya ingin maju sendiri.. kondisi ini sangat bertolak belakang dengan yang dulu.
Ada juga yang berusaha menjalankan hari-hari di kelas itu dengan bahagia, namun sayangnya hal tersebut jarang terwujudkan.
Dan hari-hari Chinyo di kelas itu juga jadi berubah drastis. Dulu hari-harinya dihabiskan dengan belajar dengan menyenangkan, dirinya belajar dengan tenang tanpa banyak perasaan negatif.
Ya, sekarang Chinyo berada di kelas u-n-g-g-u-l-a-n.
Awal masuk kelas ini, pasti masuk dengan bangga. Namun, sudah setengah tahun lebih bersama kelas ini, tetap saja kondisi kelas tidak berubah.
'Wah, ini kelas unggulan ya, 8A.'
'Aamiin,'
'Kalian mau satu kelas lagi nggak kira-kira?'
Lantas, apakah yang mereka jawab dengan serentak?
'NGGAK MAU!'
Ya, Chinyo kira, hanya Chinyo yang merasa tidak srek dengan kelas ini.
Kembali ke sifat Chinyo yang berubah, tiada hari tanpa tidur di kelasnya. Selalu membuat candaan konyol di depan beberapa teman dekatnya. Tertawa atas banyak hal yang tidak penting.
Dan setiap ia mengerjakan soal, selalu banyak pikiran yang menghantuinya.
'Kapan aku bisa menyatukan kelas ini seperti dulu aku menyatukan kelasku?'
'Kapan aku bisa bermain dengan mereka yang tidak dekat denganku?'
'Apakah mereka pernah meremehkanku?'
'Apakah mereka pernah menganggapku tidak pintar?'
'Seperti apakah mereka menganggapku? Saingan?'
'Kalau saingan, kapan aku bisa mengalahkan mereka?'
'Aku tahu aku bisa. Tapi, selalu saja pikiran-pikiran ini menggangguku.'
'Pernahkah mereka menertawakanku dalam hati?'
'Kalau iya, sungguh menyebalkan. Ah, Chinyo, jangan seudzon. Mereka pasti baik.'
'Ataukah..'
Dan semua hal itu selalu saja muncul.
'Apakah kedua teman terdekatku pernah menganggap aku tidak pintar?'
'Aku sendiri menganggap mereka sangat pintar. Kuharap mereka menganggap yang sama tentangku.'
'Oh tidak, semakin kesini, mereka terlihat ingin bersaing denganku.'
'Apakah mereka pernah menertawakan aku dalam hati?'
'Aku ingin memeluk mereka ketika mereka kesusahan, tapi apakah mereka juga begitu terhadapku?'
'Ah, aku terlalu banyak berharap.'
'Lebih baik aku berjalan sendiri.'
Seiringnya waktu, Chinyo semakin terlihat konyol. Membuat lelucon tidak penting, tertawa keras, dan tidur di kelas.
'Chinyo tidur.'
'Chinyo gak bisa diem banget sih.'
'Chinyo, belajar lah.'
Banyak sekali teman di kelasnya yang sekarang yang baik. Namun, entahlah. Chinyo ingin bermain bersama mereka namun rasanya susah.
[To be continued]
***
jhaa bosen ya saya nulis ginian mulu.
abis mau nulis apalagi (?)
artikel?
Hm.. mager nyarinya.
sudah yaa baii
-aef
here we go.
***
uhm. btw cerita ini pake b indo aja ya :v
ceritanya ini diary seseorang bernama chinyo
oke lanjut
***
'CHINYO'
'Ah, monday. I hate school. Huh,' Chinyo terbangun dari tidurnya. Hari Senin, hari pertama sekolah dalam seminggu. Selalu berlalu begitu cepat. Hanya dalam beberapa hari, sudah kembali lagi ke hari Senin. Dan itu memang faktanya.
Kalian tahu? Apa yang ada di benak Chinyo ketika mendengar kata 'sekolah'?
Yang berada di benak Chinyo ketika mendengar kata 'sekolah' adalah tidak lain dari datang dengan riang, berjalan ke koridor kelas, di depan pintu beberapa temannya langsung menghampiri dan menyapanya, masuk ke kelas, melihat pemandangan seisi kelas sedang bermain, lalu ikut bermain bersama mereka sebelum pelajaran dimulai. Atau 'mengerjakan' pr 'bersama', bermain bersama seisi kelas setiap hari, tak peduli kelas yang ber-ac atau tidak, unggulan atau tidak, teman-teman yang mempunyai squad sendiri atau tidak.. tetap saja bermain bersama, belajar bersama, setiap belajar diselingi canda dan tawaan.
Tak luput dengan bermain 'si buta' (menutup mata pemain dengan kain lalu yang lain bersembunyi), bermain Truth or Dare dengan seisi kelas tanpa pengecualian, bercanda lewat jendela, membullly satu sama lain lalu berbaikan lagi, bernyanyi lagu Dessert (terdengar familiar bukan?), membela teman ketika sedang dalam masalah, menyelesaikan masalah bersama, satu orang salah, yang lain juga salah. Itulah cara bermainnya.
'Inilah tempatku. Habitatku. Aku sedih, semua menghibur. Yang lain sedih, aku juga menghibur.' itulah menurutnya.
Saling mengatai satu sama lain, namun jika ada yang terluka, tidak akan segan-segan meminta maaf.
Setiap Chinyo ke kantin, ia tidak akan ke kantin sendirian. Selalu ada teman. Tidak hanya satu, dua, tiga.. namun lebih dari itu.
Setiap Chinyo melihat ke seluruh kelasnya, Chinyo melihat teman-teman yang bermain dengan rukun. Ya, mungkin hanya akan ada sedikit yang bermain sendirian, tidak bersama yang lain. Tapi Chinyo berusaha menyatukan semuanya, meski terkadang tidak bisa. Namun baginya, semua teman yang ada di situ sangatlah berharga. Mengisi warna hari-harinya.
Setiap lembar berbeda warna.
Setiap hari berbeda cerita.
Dan warna-warna itu akan menyatu di masa-masa tersebut.
Setiap ia ada masalah, ia dapat bercerita ke sekian orang disitu. Semua akan mengerti. Semuanya baik, pikirnya.
Dan di kelas itu, Chinyo tidak perlu jaim. Chinyo terkenal dengan sifat tidak bisa diamnya. Gerak sana gerak sini, semua orang tahu itu. Ketika Chinyo menari, beberapa temannya ikutan. Dia tidak akan menari sendirian.
Chinyo sangat sayang dan cinta dengan kelas tersebut, karena ketika ia berada di kelas itu.. dia tidak akan sendirian.
Dia tidak akan sendirian.
Dia.
Tidak.
Akan.
Sendirian.
Sekali lagi, dia tidak akan sendirian.
'Gue gamau pisah ama kelas kita,'
'Sama gue juga!'
'Eh main yuk!'
'Bikin project yuk!'
'Ayo rekam, rekam,'
'Dulu waktu awal gue di kelas ini, gue berasa..'
'Hahahaha, gue juga berasa gitu!'
'Hei, liat pr dong.'
'Kapan-kapan ketemuan yuk!'
'Hei, menurut kalian kita bakal pisah gak nanti?'
'Menurut gue nggak!'
'Ntahlah, menurut gue diacak lagi.'
'Semoga kita semua sekelas lagi ya?'
'Iya!'
Namun, beberapa kenyataan telah berubah.
Kini, Chinyo berada di lingkungan yang sangat berbeda. Orang-orangnya pun berbeda-beda. Namun, 'berbeda' yang ini, sangatlah berbeda dengan definisi 'berbeda' yang dulu.
Semua anak di kelas Chinyo yang sekarang, sangat berbeda-beda. Ada yang tidak mau berada di kelas itu, ada yang mau berada di kelas itu karena terpaksa, ada yang mau berada di kelas itu namun hanya karena teman-teman dekatnya berada disitu, ada juga yang berada disitu hanya karena ingin melihat saingan-saingannya, ada juga yang hanya ingin maju sendiri.. kondisi ini sangat bertolak belakang dengan yang dulu.
Ada juga yang berusaha menjalankan hari-hari di kelas itu dengan bahagia, namun sayangnya hal tersebut jarang terwujudkan.
Dan hari-hari Chinyo di kelas itu juga jadi berubah drastis. Dulu hari-harinya dihabiskan dengan belajar dengan menyenangkan, dirinya belajar dengan tenang tanpa banyak perasaan negatif.
Ya, sekarang Chinyo berada di kelas u-n-g-g-u-l-a-n.
Awal masuk kelas ini, pasti masuk dengan bangga. Namun, sudah setengah tahun lebih bersama kelas ini, tetap saja kondisi kelas tidak berubah.
'Wah, ini kelas unggulan ya, 8A.'
'Aamiin,'
'Kalian mau satu kelas lagi nggak kira-kira?'
Lantas, apakah yang mereka jawab dengan serentak?
'NGGAK MAU!'
Ya, Chinyo kira, hanya Chinyo yang merasa tidak srek dengan kelas ini.
Kembali ke sifat Chinyo yang berubah, tiada hari tanpa tidur di kelasnya. Selalu membuat candaan konyol di depan beberapa teman dekatnya. Tertawa atas banyak hal yang tidak penting.
Dan setiap ia mengerjakan soal, selalu banyak pikiran yang menghantuinya.
'Kapan aku bisa menyatukan kelas ini seperti dulu aku menyatukan kelasku?'
'Kapan aku bisa bermain dengan mereka yang tidak dekat denganku?'
'Apakah mereka pernah meremehkanku?'
'Apakah mereka pernah menganggapku tidak pintar?'
'Seperti apakah mereka menganggapku? Saingan?'
'Kalau saingan, kapan aku bisa mengalahkan mereka?'
'Aku tahu aku bisa. Tapi, selalu saja pikiran-pikiran ini menggangguku.'
'Pernahkah mereka menertawakanku dalam hati?'
'Kalau iya, sungguh menyebalkan. Ah, Chinyo, jangan seudzon. Mereka pasti baik.'
'Ataukah..'
Dan semua hal itu selalu saja muncul.
'Apakah kedua teman terdekatku pernah menganggap aku tidak pintar?'
'Aku sendiri menganggap mereka sangat pintar. Kuharap mereka menganggap yang sama tentangku.'
'Oh tidak, semakin kesini, mereka terlihat ingin bersaing denganku.'
'Apakah mereka pernah menertawakan aku dalam hati?'
'Aku ingin memeluk mereka ketika mereka kesusahan, tapi apakah mereka juga begitu terhadapku?'
'Ah, aku terlalu banyak berharap.'
'Lebih baik aku berjalan sendiri.'
Seiringnya waktu, Chinyo semakin terlihat konyol. Membuat lelucon tidak penting, tertawa keras, dan tidur di kelas.
'Chinyo tidur.'
'Chinyo gak bisa diem banget sih.'
'Chinyo, belajar lah.'
Banyak sekali teman di kelasnya yang sekarang yang baik. Namun, entahlah. Chinyo ingin bermain bersama mereka namun rasanya susah.
[To be continued]
***
jhaa bosen ya saya nulis ginian mulu.
abis mau nulis apalagi (?)
artikel?
Hm.. mager nyarinya.
sudah yaa baii
-aef
Tidak ada komentar: